Minggu, 13 Februari 2011

Khasiat Buah dan Sayuran dari Bentuknya

Apakah kita menyadari jika Tuhan sudah memberikan petunjuk untuk kesehatan kita melalui makanan sehari-hari? ?? Buah-buah berikut ini contohnya...



Sebuah irisan wortel terlihat seperti mata manusia. Terlihat seperti pupil, iris, dan garis yang sama persis seperti mata manusia. Dan BENAR, sains terkini membuktikan kalau wortel sangat berfungsi untuk meningkatkan aliran darah dan fungsi mata menjadi lebih baik.
Tomat memiliki empat ruang di dalamnya dan berwarna merah. Jantung manusia memiliki empat ruang dan juga berwarna merah. Semua penelitian membuktikan kalau tomat banyak mengandung lycopine yang berfungsi sebagai asupan untuk darah.
Sekumpulan anggur yang menggantung memiliki bentuk seperti jantung. Setiap butir anggur terlihat seperti sel darah dan semua penelitian terkini menunjukkan bahwa anggur juga baik untuk jantung dan sebagai makanan yang dibutuhkan oleh darah.
Kacang kenari terlihat seperti otak berukuran kecil. Bagian kiri dan kanannya berbentukhemisphere, atasnya seperti cerebrums, da bawahnya seperti cerebellums. Bahkan kerutan dan lipatan di kacang tersebut seperti neo-cortex. Saat ini kita ketahui kacang kenari membantu memberikan lebih dari tiga lusin neuron-transmitters untuk fungsi otak.
Kacang merah, mempunyai fungsi dan melindungi fungsi ginjal dan mata, dan kacang merah berbentuk seperti ginjal manusia.
Seledrisawi dan batang-batang sayuran lainnya berbentuk seperti tulang. Makanan-makanan ini memang spesialis untuk kekuatan tulang. Tulang terdiri dari 23% sodium dan makanan-makanan ini juga terdiri dari 23% sodium. Jika Anda kurang sodium di diet Anda, tubuh akan mengambilnya dari tulang dan ini menyebabkan tulang menjadi lemah. Makanan-makanan ini menggantikan kebutuhan tulang yang diperlukan tubuh.
Alpukatterong dan buah pir dibutuhkan untuk kesehatan kandungan dan mulut rahim dari wanita. Makanan-makanan tersebut terlihat mirip dengan organ-organ tersebut. Penelitian terkini menunjukkan bahwa jika wanita makan satu buah alpukat seminggu, akan menyeimbangkan hormon dan mencegah kanker mulut rahim. Alpukat butuh waktu 9 bulan untuk bertumbuh dari kecil hingga siap dipetik. Terdapat lebih dari 14.000 nutrisi kimia di setiap makanan ini (sains modern hanya mempelajari sekitar 141 dari keseluruhannya) .
Buah ara adalah buah yang dipenuhi biji dan tergantung berjumlah 2 ketika mereka tumbuh (sama seperti organ laki-laki). Buah ara meningkatkan kelincahan dan mobilitas dari sperma dan juga meningkatkan jumlah sperma untuk mencegah sterilitas pada laki-laki.
Kentang manis atau ubi jalar terlihat seperti pankreas dan mempunyai khasiat untuk menyeimbangkan glysemic index untuk penderita diabetes.
Buah zaitun berkhasiat untuk menambah kesehatan dan fungsi dari sel telur (bentuknya juga sama).
Jeruklemon dan buah-buahan citrus lainnya sangat mirip dengan kelenjar susu dari wanita. Dan percaya atau tidak, buah-buah tersebut berkhasiat untuk menambah kesehatan dari kelenjar susu  dan keluar masuknya getah bening.
Bawang bombay terlihat seperti sel tubuh. Riset terkini menunjukkan bahwa bawang bombay membantu membersihkan material-material yang tak terpakai dari seluruh sel tubuh. Bawang bisa membuat mata memproduksi air mata yang bisa mencuci lapisan luar mata. Bawang putih, juga membantu melenyapkan material-material yang tidak berguna dan berbahaya seperti radikal bebas dari tubuh.

sumber : jawaban.com

5 Kebiasaan Buruk yang Bikin Gigi Berlubang


Sejak masih kecil Anda tentu telah diajarkan untuk menggosok gigi sedikitnya dua kali sehari. Setelah dewasa, kebiasaan ini masih harus ditambah dengan flossing. Sayangnya, tidak semua orang melakukan apa yang disarankan oleh dokter ini. Padahal kalau Anda sudah gosok gigi danflossing pun, masih ada kebiasaan lain yang memengaruhi kesehatan gigi.

Menurut Annalisa Somers, dokter gigi yang berpraktik di Austin, Texas, kebanyakan orang bahkan tidak sadar bahwa kebiasaan yang mereka lakukan itu bisa menciderai gigi. Adakah satu dari lima kebiasaan ini yang sering Anda lakukan?

Makan terlalu lambat, atau terlalu sering
Anda memang harus mengunyah makanan dengan seksama, agar makanan lebih mudah dicerna dan Anda cenderung tidak makan terlalu banyak. Tetapi, sebaiknya perhatikan juga frekuensi Anda makan, karena hal ini bisa memengaruhi kesehatan gigi Anda. Setelah makan, plak pada gigi akan melepaskan asam yang menyerang gigi, sehingga bila Anda terus saja ngemil sepanjang hari, serangan asam itu akan terjadi lagi. Akibatnya, gigi Anda bisa berlubang.

“Misalnya Anda punya sekantong permen atau cokelat. Anda memakan satu sekarang, satu dalam 30 menit berikutnya, satu dalam satu jam. Ini akan lebih memperburuk gigi Anda daripada jika Anda duduk dan makan sekantong penuh dalam sekali makan,” kata Somers.

Hal yang sama terjadi jika Anda makan terlalu lama. Gigi Anda akan dibombardir dengan partikel makanan, sedangkan mulut Anda tidak punya kesempatan untuk melawan bakteri.

Menggeretakkan gigi
“Banyak perempuan yang menggeretakkan gigi, dan mereka tidak sadar telah melakukannya, karena itu terjadi saat mereka tidur,” papar Somers.

Mengetuk-ngetukkan gigi Anda ketika sedang stres juga bisa menyebabkan kerusakan. Menurut Somers, menggeretakkan dan mengetukkan gigi bisa membuat gigi aus secara prematur, atau kemungkinan lain gigi bakal cuil. Kalau Anda sering merasa pusing, atau rahang terasa sakit, itulah tanda-tanda bahwa gigi Anda bermasalah.
Tidak memeriksakan gigi ke dokter, terutama ketika ingin hamil
American Dental Association menyarankan agar kita rutin memeriksakan gigi kita dua kali setahun. Bila Anda tidak mengontrol gigi ke dokter, gigi akan tumbuh plak, sementara masalah kecil bisa berubah jadi besar. Salah satu waktu terpenting untuk mengunjungi dokter gigi adalah ketika Anda sedang membuat program hamil. Waspada dengan kondisi seperti gingivitis (radang gusi) yang akan menyerang ketika Anda hamil.

Membiarkan mulut jadi kering
Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti diuretik, antihistamin, decongestant, dan pereda nyeri, bisa menyebabkan mulut kering. Semakin banyak Anda mengonsumsi obat-obatan ini, semakin kering mulut Anda. Padahal, jika tidak ada cukup air liur untuk membasahi mulut dan menetralisasi asam, gigi Anda akan cenderung berlubang.

Hal lain yang bikin mulut kering adalah sindrom Sjogren, penyakit autoimun yang memengaruhi 4 juta orang di dunia (90 persen di antaranya perempuan, dan pasien asma yang menggunakan inhaler). Jika Anda mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan mulut kering atau mengidap Sindrom Sjogren, risiko gigi rusak akan meningkat. Gosoklah gigi lebih sering, hindari makanan manis, dan minum banyak air putih.

Menyeruput minuman bersoda
Pada dasarnya, minuman bersoda adalah permen dalam bentuk cair. Kandungan gula dan asamnya bisa menyebabkan erosi dan gigi berlubang. Menurut Somers, boleh-boleh saja sih minum minuman bersoda sesekali. Namun perhatikan dulu cara minumnya.

Untuk mencegah kerusakan gigi akibat soda, jangan menyesapnya sepanjang hari. Minumlah dalam sekali minum sampai habis, atau bersamaan dengan waktu makan. “Menyeruput soda itu seperti memandikan gigi Anda dengan gula sepanjang hari,” katanya.

Cara lain untuk minum soda (atau minuman yang mengandung gula lainnya) adalah dengan sedotan, sehingga gigi Anda tidak terekspos soda.

Sumber : http://popnote.wordpress.com/2011/01/21/5-kebiasaan-buruk-yang-bikin-gigi-berlubang-gak-mau/

Hubungan Antara Kesehatan Gigi-Mulut Dengan Kesehatan Umum

Gigi dan gusi yang bermasalah tidak selalu hanya masalah gigi. Kadang-kadang mereka menunjukkan masalah yang lebih serius, dan dokter gigi seharusnya berusaha mencari penyebab. Joseph Kravitz, dokter gigi dari Washington mengatakan bahwa pada pemeriksaan gigi, dokter gigi harus memperhatikan sekitar mulut dan mencari perubahan warna, mencari bau tertentu, dan petunjuk lain di sekitar gusi.

Hubungan antara kesehatan gigi-mulut dengan kesehatan umum seluruh tubuh telah mendapat perhatian lebih dalam beberapa tahun terakhir. Berawal dari desakan para ahli seperti saat Richard Carmona, seorang dokter bedah umum yang mendesak para pembuat kebijakan pada tahun 2003 untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana tanda-tanda dan gejala infeksi oral dapat menunjukkan status kesehatan umum dan bertindak sebagai penanda untuk penyakit lainnya. Publikasi tersebut mengingatkan banyak dokter gigi bahwa pekerjaan mereka tidak hanya tentang kanal akar gigi dan tambalan.
Berikut adalah beberapa kondisi yang mungkin bisa dijadikan indikasi adanya penyakit lain :
• Penyakit Jantung. Gusi yang bengkak berwarna merah terang atau ungu.
• Diabetes Type 2. Gusi yang mudah berdarah hanya dengan sedikit sentuhan meskipun tidak ada plak.
• Penyakit Ginjal. Bau amonia yang manis pada napas.
• Acid reflux. Gigi yang terlihat rusak dan berlubang, seolah-olah sudah dicelupkan ke dalam asam baterai.
• Kanker Oral. Jaringan gusi dengan bintik-bintik putih selama dua minggu atau lebih.
• Leukemia. Gusi bengkak merah yang tidak sembuh.
• Osteoporosis. Bintik hitam di gigi pada pemeriksaan Sinar X yang menunjukkan adanya kantong udara dan tulang mati.
• Stress. Gusi yang lepas dari gigi, atau gigi yang patah.
• Gangguan Tidur. Pembengkakan lidah dan radang gusi.
• Kehamilan. Gusi bengkak bisa juga disebabkan karena perubahan hormon.
• Bulimia. Gigi bagian depan atas yang tipis, dengan enamel hampir seluruhnya aus, dan gigi yang sakit.

infogigi.com

Mengatasi Rasa Takut ke Dokter Gigi

Jika Anda merasa takut saat dokter gigi menangani gigi Anda, silahkan beritahukan ke dokter Anda. Ia tentu senang membantu Anda mengatasinya. Anda bisa memberitahunya bahwa Anda akan memberi isyarat dengan tangan bahwa Anda takut atau merasa sakit saat ia sedang menangani gigi Anda. Banyak pasien mendapati bahwa hal tersebut membuat mereka lebih tenang. Selain itu kebanyakan dokter gigi sering mengajak bicara pasiennya saat menangani gigi pasien.
Hal ini bertujuan menenangkan hati pasien tersebut. Ingatlah bahwa gigi yang sehat menunjang kesehatan tubuh. Jika Anda segera memperbaiki gigi Anda yang berlubang, hal ini akan menghindari problem dan perawatan yang mahal di kemudian hari.
Langkah yang umumnya akan diambil dokter gigi adalah menambal gigi yang rusak, bila lubangnya belum terlalu besar. Tetapi, bila kita merasakan sakit gigi, proses penambalan tidak dapat langsung dilakukan karena dengan demikian gas dalam gigi tidak dapat keluar. Dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit atau akan mematikan saraf gigi agar kita tidak tersiksa dengan rasa sakitnya. Pada kunjungan selanjutnya barulah gigi akan dibersihkan dan ditambal sementara, penambalan secara permanen dilakukan pada kunjungan berikutnya lagi.
Bila lubang terlalu besar dan tidak memungkinkan untuk ditambal, berarti gigi harus dicabut. Sama seperti proses penambalan gigi, maka gigi juga tidak dapat langsung dicabut saat gigi masih terasa sakit. Hal ini disebabkan saat kita merasakan sakit gigi, maka obat anestesi (obat kebal agar tidak terasa sakit saat gigi dicabut) tidak dapat menembus akar gigi, sehingga saat dicabut akan menyebabkan sakit yang luar biasa. Proses pencabutan gigi baru bisa dilakukan saat gigi sudah tidak terasa sakit dan untuk menghilangkan rasa sakit dokter akan mematikan saraf gigi

Proses Terjadinya Lubang di Gigi

Banyak orang menganggap gigi yang berlubang disebabkan oleh ulat. Teori salah ini bertahan hingga tahun 1700-an hingga Willoughby Miller seorang dokter gigi Amerika yang bekerja di Berlin University menemukan penyebab gigi berlubang. Ia menemukan bahwa lubang gigi disebabkan oleh bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam (lingkungan alami gigi adalah basa) dan asam inilah yang membuat lubang kecil pada email gigi. Saat lubang terjadi pada email gigi, belum dirasakan sakit atau nyeri. Tetapi, lubang kecil pada email selanjutnya dapat menjadi celah sisa makanan dan adanya bakteri akan membuat lubang semakin besar dan melubangi dentin. Pada saat itulah akan terasa linu pada gigi saat makan. Bila dibiarkan, lubang akan sampai pada lubang saraf sehingga kita akan mulai merasakan nyeri atau sakit gigi. Proses ini akan berlangsung sampai gigi menjadi habis dan hanya tersisa akar gigi.

Sakit gigi tidak dapat dipandang sebelah mata seperti anggapan beberapa orang, karena bila didiamkan, dapat membuat gigi menjadi bengkak dan menimbulkan radang. Selain itu gigi berlubang dapat menjadi sarana masuknya kuman penyakit menuju saluran darah yang dapat menyebabkan penyakit ginjal, paru-paru, jantung maupun penyakit lainnya. Supaya tidak semakin parah, gigi berlubang sebaiknya segera diobati atau ditambal. Walaupun banyak orang tidak suka pergi ke dokter gigi dengan alasan tidak peduli dengan keadaan gigi, khawatir biayanya mahal, takut atau malu diejek karena gigi yang rusak, namun pergi ke dokter gigi adalah solusi terbaik untuk mengatasi sakit gigi. Gigi berlubang tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Walaupun, mungkin setelah menderita sakit gigi, rasa sakitnya dapat hilang tetapi tidak memperbaiki keadaan gigi. Gigi akan tetap berlubang, bahkan lubangnya akan terus semakin membesar.
Langkah yang umumnya diambil dokter gigi adalah menambal gigi yang rusak, bila lubangnya belum terlalu besar. Tetapi bila pasien merasakan sakit gigi, proses penambalan tidak dapat langsung dilakukan karena gas dalam gigi tidak dapat keluar. Dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit atau akan mematikan saraf gigi agar pasien tidak tersiksa dengan rasa sakitnya. Pada kunjungan selanjutnya barulah gigi akan dibersihkan dan ditambal sementara, penambalan secara permanen dilakukan pada kunjungan berikutnya lagi. Bila lubang terlalu besar dan tidak memungkinkan untuk ditambal, gigi harus dicabut. Sama seperti proses penambalan gigi, maka gigi juga tidak dapat langsung dicabut saat gigi masih terasa sakit. Hal ini disebabkan saat kita merasakan sakit gigi, maka obat anestesi tidak dapat menembus akar gigi, sehingga saat dicabut akan menyebabkan sakit yang luar biasa. Proses pencabutan gigi baru bisa dilakukan saat gigi sudah tidak terasa sakit dan untuk menghilangkan rasa sakit dokter gigi akan mematikan saraf gigi terlebih dahulu.

Proses Pertumbuhan Gigi dan Fungsinya

Secara histologis, jaringan gigi dan mulut berasal dari mesoderm dan ektoderm, yang memiliki 3 fungsi utama yaitu, pengunyahan (mastikasi), keindahan (estetika), dan berbicara (phonetic). Dalam mulut, gigi tertanam dalam tulang rahang dan dilindungi oleh gusi (gingiva), dengan bentuk yang berbeda – beda sesuai dengan fungsinya.

Gigi Seri (Incisivus)
Gigi ini letaknya berada di depan, dan berfungsi untuk memotong makanan (mastikasi). Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi usia 4 – 6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5 – 6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7 – 8 tahun pada rahang atas.

Gigi Taring (Caninus)
Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, di sebelah gigi seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk mengoyak makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 – 13 tahun.
Gigi Geraham Kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan. Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10 – 11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi untuk melumatkan makanan, dan pada proses orthodontie, gigi ini sering “dikorbankan”.
Gigi Geraham (Molar)

Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 10 – 11 tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri. Gigi molar permanen inilah yang paling sering berlubang dan menyebabkan keluhan.

Proses Pertumbuhan Gigi
Dalam pertumbuhannya, gigi mengalami 2 fase pergantian. Diawali dari pertumbuhan gigi susu yang lengkap pada umur 3 tahun dengan jumlah 20 gigi, kemudian diganti dengan fase gigi tetap yang diawali pada usia 13 tahun keatas. Pertumbuhan gigi tetap ini menjadi lengkap setelah jumlah gigi menjadi 32 gigi, sekitar umur 17 – 21 tahun. Fase diantara awal fase gigi tetap sampai gigi tetap yang lengkap disebut fase gigi campuran, yaitu antara umur 13 – 17 tahun.

infogigi.com

10 Kebiasaan Buruk Yang Merusak Gigi

Kita merasa gigi kita cukup sehat, karena tak pernah merasa sakit gigi, atau ngilu ketika makan makanan yangdingin atau manis. Namun betulkah gigi kita sehat? Belum tentu. Jika gigi mulai menguning akibat kebiasaan ngopi, atau gusi terlihat menipis, itu tandanya kita juga tengah mengalami masalah gigi yang serius. Untuk itu, perhatikan kebiasaan-kebiasaan berikut untuk mengetahui apakah kesehatan gigi sudah cukup terjaga.
Quote:


1. Menggosok gigi terlalu keras
Menggunakan sikat gigi dengan bulu yang keras, ditambah lagi dengan tekanan yang terlalu kuat saat menggosok gigi, bisa menghilangkan enamel pelindung gigi secara permanen. Hal inilah yang memicu gigi sensitif dan lubang gigi, sertanya menyebabkan gusi mundur (menipis). Lebih baik, gunakan sikat gigi dengan bulu halus, lalu gosok gigi dengan gerakan memutar selama 2 menit, sedikitnya dua kali sehari. Sikat gigi dengan kepala yang ramping dapat bergerak dengan mudah di dalam mulut yang kecil, sedangkan gagang sikat yangpanjang lebih mampu menjangkau geraham belakang daripada yang pendek.
Quote:

2. Pasta gigi yang salah
Jangan langsung percaya dengan pasta gigi yang diklaim mengandung berbagai bahan yangbermanfaat. Beberapa pasta gigi, khususnya yang didesain sebagai “tartar control” bisa menyebabkan abrasi. Pasta gigi yang mengandung butiran-butiran terasa kasar dapat mengikisenamel gigi dan menyebabkan gusi menipis. Pasta gigi dengan fluoride sudah cukup untukAnda.
Quote:


3. Tidak menggunakan dental floss
Bakteri pada gigi dapat berkembang menjadi plak, penyebab utama lubang dan penyakit gusi, dalam 24 jam. Gunakan benang gigi sekali sehari untuk mengusir plak.
Quote:


4. Sering minum minuman bersoda
Minuman berkarbonasi, alias minuman bersoda yang mengandung asam fosforik, yang lama-kelamaan dapat mengikis gigi. Jika kita biasa menikmati minuman ini, gunakan sedotan untukmeminimalisasi kontak langsung cairan tersebut dengan gigi. Jangan lupa gosok gigisesudahnya.
Quote:


5. Makanan yang meninggalkan noda
Enamel gigi itu seperti spons. Makanan atau minuman yang meninggalkan noda di piring atau cangkir, seperti kopi, teh, minuman berkola, saus marinara, atau kecap, juga akan membuat gigiberangsur menjadi kuning. Mintalah dokter gigi untuk melakukan perawatan laser whitening, bleaching, atau Prophy Power, prosedur baru dimana sodium bicarbonate (bahan pemutihyang lembut) dicampur dengan semburan air yang kuat untuk mengangkat noda tanpa menghilangkan enamel. Pasta gigi dengan pemutih memang bisa sedikit memutihkan gigi, tetapi cenderung terlalu tajam untuk enamel.

Quote:


6. Doyan ngemil yang tidak sehat
Setiap kali kita makan sesuatu, apalagi yang manis atau mengandung tepung, bakteri yangbiasa hidup di dalam mulut akan menciptakan asam untuk memecah makanan tersebut. Namun asam ini juga bisa menyerang gigi, menyebabkan gigi rusak. Sebagai gantinya, pilih buah-buahan dan sayuran yang renyah (seperti apel atau wortel) baik sebagai lauk maupun sebagai cemilan. Para ahli kesehatan gigi bahkan mempertimbangkan jenis makanan seperti ini sebagai sikat gigi alami karena efeknya pada plak yang bagaikan detergen. Mengunyah permen karet tanpa gula seperti Xylitol juga membantu mencegah lubang gigi, dengan meningkatkan aliran liur. Liur yang mengalir akan mengusir bakteri penyebab lubang gigi.
Quote:


7. Menggunakan gigi sebagai alat bantu
Membuka kantong keripik yang terbuat dari aluminium foil dan melonggarkan simpul menggunakan gigiternyata dapat menyebabkan gigi retak dan pecah, serta merusak perawatan gigi yang sedang dilakukan. Kebiasaan lain yang merusak gigi adalah mengunyah es batu, cokelat yang sudah membeku, atau permen.
Quote:


8. Mengabaikan masalah gigi
Gusi berdarah, dan nafas berbau yang sudah kronis, adalah indikasi adanya penyakit gusi.Untuk mengatasi bau mulut, minumlah cukup air untuk menjaga kelembaban mulut, dan membuang kelebihan bakteri dengan pengerok lidah (banyak dijual di apotek). Untukmencegah gusi berdarah, gosok gigi secara teratur dan gunakan benang gigi. Segera ke dokter bila gejala ini tak juga mereda.
Quote:



9. Menghindari dokter gigi
Sangat disarankan untuk memeriksa kesehatan gigi dua kali dalam setahun, namun saran ini tampaknya cenderung diabaikan. Padahal, jika gusi mengalami masalah, setidaknya kita harus kontrol ke dokter setiap tiga bulan.
Quote:

10. Mengabaikan masalah pada bibir
Tak peduli betapa baiknya kondisi gigi Anda, senyum Anda tak akan terlihat cerah bila bibir dibiarkan kering dan pecah-pecah. Kulit pada bibir, yang lebih tipis daripada kulit lainnya, cenderung akan kehilangan kelembabannya dan berubah seiring bertambahnya usia. Menggunakan lip balm dengan pelembab setiap hari akan sangat membantu agar bibir tidak kering
Sumber : http://update-berita-terkini.blogspot.com/2010/11/10-kebiasaan-buruk-yang-bisa-merusak.html

Sakit Gigi Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi Pria

Rasa nyeri yang timbul akibat sakit gigi membuat kita serba susah. Mau makan susah, tidur susah, melakukan apa pun rasanya susah. Tapi tahukah Anda, ada akibat lain yang lebih serius dari nyeri gigi ini, yaitu menurunkan ‘keperkasaan’ pria (disfungsi ereksi). Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi kelamin yang cukup untuk dapat melakukan hubungan seksual secara sempurna.

Disfungsi ereksi pada kasus nyeri gigi, diduga terjadi akibat penghambatan atau penekanan pada syaraf parasimpatis sehingga tidak mampu melepaskan neurotransmitter pada otot polos korpus kavernosum yang selanjutnya menyebabkan dilatasi pembuluh darah perifer. Selain itu, otak di daerah thalamus dan hypothalamus sudah penuh dengan sensasi nyeri sehingga daerah tersebut tidak mampu mempersepsi sensasi seksual yang diterima, baikmelalui rangsang rabaan, visual, imaginasi.
Akibatnya, sensasi tersebut tidak dapat diteruskan ke serabut syaraf desenden menuju pusat ereksi di daerah segmen torakolumbal. Dari penelitian ini ditemukan, nyeri gigi akibat pulpitis akut, periodontitis akut dan hiperemia pulpa memengaruhi rangsang seksual sehingga frekwensi hubungan seksual menjadi berkurang secara nyata.
Bahkan pada kasus pulpitis akut dan periodontitis akut, hubungan seksual pada minggu pertama dan kedua berkurang antara 90 -97 persen. Sementara itu, pada penderita periodontal abses, meskipun dapat melakukan hubungan seksual tetapi aktivitas bercumbu dalam hubungan seksual menurun secara nyata. Ini berarti, kualitas hidup seseorang dapat terpengaruh akibat nyeri gigi. Oleh karena itu kalau perlu sempatkan diri ke klinik perawatan, karena itu akan memberikan solusi gigi yang menyangkut kesehatan lain. Kalau memang merawat dengan baik dari awal yah mungkin tidak perlu rutin ke klinik perawatan.

infogigi.com

Penyebab dan Gejala Timbulnya Karies Gigi


Penyebab
Hal-hal yang mendukung terjadinya karies gigi:
- Gigi yang peka, yaitu gigi yang mengandung sedikit fluor atau memiliki lubang, lekukan maupun alur yang menahan plak.
- Bakteri, mulut mengandung sejumlah besar bakteri, tetapi hanya bakteri jenis tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi. Yang paling sering adalah bakteri Streptococcus mutans.
- Sisa-sisa makanan.
Dalam keadaan normal, di dalam mulut terdapat bakteri. Bakteri ini mengubah semua makanan (terutama gula dan karbohidrat) menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan dan ludah bergabung membentuk bahan lengket yang disebut plak, yang menempel pada gigi. Plak paling banyak ditemukan di gigi geraham belakang.
Jika tidak dibersihkan maka plak akan membentuk mineral yang disebut karang gigi (kalkulus, tartar).

Plak dan kalkulus bisa mengiritasi gusi sehingga timbul gingivitis.
Gejala
Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena kavitasi.
Sakit gigi dapat terjadi karena:
- akar tercemar, tetapi tidak membusuk
- terlalu kuat mengunyah
- gigi patah.
Penyumbatan sinus bisa menyebabkan gigi atas menjadi peka.
Biasanya, suatu kavitasi di dalam enamel tidak menyebabkan sakit; nyeri baru timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin.
Nyeri yang dirasakan jika meminum minuman dingin atau makan permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat.
Jika pengobatan dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dan tampaknya tidak akan timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kravitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Nyeri tetap ada walaupun perangsangnya dihilangkan (contohnya air dingin ). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada perangsangan (sakit gigi spontan).
Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati, maka untuk sementara waktu nyeri akan hilang. Tetapi tidak lama kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika dipakai untuk menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dari ujung akar dan menyebabkan abses (penumpukan nanah).
Nanah yang terkumpul di sekitar gigi cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya. Proses menggigit akan mengembalikan gigi ke tempatnya, disertai nyeri yang luar biasa.
Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan pada gusi di dekatnya atau bisa menyebar lebih jauh melalui rahang (selulitis) dan mengalir ke dalam mulut atau bahkan menembus kulit di dekat rahang.

infogigi.com

4 Makanan Alami yang Dapat Memutihkan Gigi

Banyak orang mencoba memutihkan gigi dengan cara bleaching atau menggunakan pasta gigi yang mengandung pemutih. Sayangnya, tidak semua orang suka melakukan cara tersebut. Buah-buahan tertentu sebenarnya juga bisa membantu memutihkan gigi. Apa saja?

Memiliki gigi putih dan senyum menawan tentunya membuat seseorang tampak lebih menarik. Tapi kebiasaan minum kopi, teh atau cola bisa meninggalkan noda di gigi Anda.

Dilansir Livestrong, Selasa (9/11/2010), berikut beberapa buah-buahan yang dapat membuat gigi putih dan sehat:

1. Stroberi
Stroberi adalah salah satu makanan yang alami dapat memutihkan gigi. Asam malat yang terkandung dalam stroberi bertindak sebagai zat yang akan mengikis dan menghilangkan beberapa noda pada permukaan gigi.

Stroberi yang dicampur dengan setengah sendok teh baking soda bisa bertindak sebagai pemutih gigi. Oleskan campuran tersebut ke seluruh permukaan gigi selama 5 menit untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Namun, metode ini tidak boleh dilakukan dalam waktu yang lama karena bisa asam pada stroberi dapat menghancurkan enamel gigi dari waktu ke waktu.

2. Apel
Apel mengandung dua kualitas yang membantu dalam pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah buah apel yang keras dan renyah bisa melunturkan plak gigi yang dapat mengubah warna gigi. Selain itu, mengunyah juga merangsang produksi air liur yang secara alami dapat melawan bakteri dalam mulut yang merubah warna gigi.

Kedua, apel juga mengandung asam malat yang bertindak sebagai bahan alami untuk ‘mengendurkan’ dan menghilangkan noda pada permukaan gigi.

3. Wortel
Wortel juga dapat berfungsi sebagai pemutih gigi alami. Seperti apel, wortel adalah makanan yang dapat melunturkan plak gigi yang keras selama proses mengunyah.

4. Lemon atau jeruk nipis
Jus lemon juga dapat digunakan untuk memutihkan gigi. Jus lemon dapat dikombinasikan dengan garam atau soda kue untuk membuat pasta, yang kemudian menggosok gigi selama beberapa menit.

Tapi karena jus lemon mengandung asam sitrat yang dapat menyebabkan korosi dari enamel gigi, selalu bilas dan sikat gigi dengan baik setelah menggunakan jus lemon pada gigi.

Sumber : http://www.slowbos.com/showthread.php?48874-Ternyata-Memutihkan-Gigi-dengan-Buah-buahan-bisa-Gan!&p=61727#post61727

KELAINAN JARINGAN PENYANGGA GIGI

By: drg. Risya Cilmiaty, M.Si, Sp.Kg

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau tidak sedap. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan perawatan yang tepat. Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya mineralisasi bagian anorganik dan demineralisasi substansi organic. Karies dapat terjadi pada setiap gigi yang erupsi, pada tiap orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, bangsa, maupun status ekonomi. Periodontium adalah jaringan penyangga gigi yang terdiri dari jaringan gusi, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Menurut Marshall-Day pada umumnya keradangan gingival pada usia muda rata-rata mencapai 75% atau lebih dan akan meningkat mendekati 100% .




Struktur Jaringan Penyangga Gigi:

Periodontium merupakan suatu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi, secara anatomi struktur periodontal digambarkan sebagai berikut:

Gingiva
Ligamen periodontal
Tulang alveolar
Sementum
Pengetahuan tentang anatomi dan struktur dari jaringan periodontal adalah sangat penting untuk dapat memahami suatu penyakit periodontal dan bagaimana penatalaksanaannya.

Gingiva
Gingiva adalah suatu jaringan lunak yang terdapat pada rongga mulut, gingiva dapat dibedakan dalam 3 tipe sebagai berikut:

Marginal gingiva / Gingiva tepi / Gingiva bebas: terletak pada daerah koronal dari bagian gingiva yang lain, tidak melekat pada gigi dam dapat membentuk sulkus gingiva (yaitu ruang dangkal antara tepi gingiva dan gigi). Pada keadaan normal, gingiva tepi mempunyai kontur seperti mata pisau, dengan konsistensi kenyal, dan berwarna merah muda / pink.
Gingiva cekat / Attached gingiva: terletak pada daerah apikal dari gingiva tepi dan cekungan gingiva bebas. Gingiva cekat berwarna merah muda dan mempunyai gambaran stipling (seperti kulit jeruk).
Gingiva interdental: yang berlokasi diantara gigi pada daerah mesio-distal dari gigi-gigi.
Ligamen periodontal
Merupakan suatu jaringan yang mengelilingi akar gigi dan melekat erat pada gigi dan tulang alveolar. Ligamen periodontal ini terutama terdiri atas serabut kolagen yang tersusun secara teratur yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Serat-serat kolagen yang terutama adalah: (1) serat krestal alveolar; (2) serat horisontal; (3) serat oblique; (4) serat apikal. Pada ligamen periodontal dapat ditemukan jga sel-sel yaitu sel mesenkhimal, fibroblas, osteoblas, osteoklas, sementoblas dan epitel malasez.




Tulang alveolar
Merupakan bagian yang memegang gigi. Jenis tulang dikomposisikan sebagai tulang kanselus atau spongius yang ditutupi dengan penutup tulang yang keras, yaitu tulang kortikal.




Sementum
Sementum adalah jaringan terkalsifikasi yang menutupi akar gigi dan melekat pada serat-serat ligamen periodontal gigi. Sementum dibentuk secara berkesinambungan pada permukaan akar gigi yang berkontak dengan ligamen periodontal atau serat gingiva.




Klasifikasi Penyakit Periodontal

Dibagi dalam dua kategori besar, yaitu:

Kondisi yang hanya melibatkan gingiva:
Gingivitis
akut
Gingivitis kronis
Abses gingiva
Gingivitis alergika
Gingivitis erupsi
Perikoronitis
Gingivostomatitis herpetika primer akut
Gingivitis yang berhubungan dengan kehamilan
Gingivitis yang berhubungan dengan pubertas
Gingivitis karena defisiensi vitamin C
Gingivitis yang berhubungan dengan penyakit leukemia
Gingivitis deskuamasi
Pembesaran gingiva (enlargement gingiva): inflamasi, perubahan hormonal, dikrasia darah, obat-obatan, karateristik keturunan, nafas lewat mulut dan neoplasma.
Kondisi yang melibatkan ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar (pada kondisi dimana gingiva terlibat atau terjadi secara sendiri) :
Periodontitis
Prepubertal periodontitis
Juvenile periodontitis
Rapidly progressive periodontitis
Adult periodontitis
Periodontitis yang berhubungan dengan AIDS
Trauma oklusal
Resesi Periodontal
Atropi Periodontal



Klasifikasi Penyakit Periodontal (Ranney, 1993)

A. Gingivitis

1. Gingivitis, plaque bacterial

Non-aggravated

Systemically aggravated

Related to sex hormones

Related to drugs

Relatedtosystemicdisease




2. Necrotizing ulcerative gingivitis

Systemic determinants unknown

RelatedtoHIV




3. Gingivitis, non-plaque

Associated with skin disease

Allergic

Infectious




B. Periodontitis
1. Adult periodontitis

Non-aggravated

Systemically aggravated

Neutropenias

Leukemias

Lazy leukocyte syndrome

AIDS

Diabetes mellitus

Crohn's disease

Addison's disease




2. Early-onset periodontitis

Localized early-onset periodontitis

Neutrophil abnormality

Generalized early-onset periodontitis

Neutrophil abnormality

Immunodeficient

Early-onset periodontitis related to systemic disease

Leukocyte adhesion deficiency

Hypophosphatasia

Papillon-Lefevre syndrome

Neutropenias

Leukemias

Chediak-Higashi syndrome

AIDS

Diabetes mellitus type I Trisomy 21

HistiocytosisX

Ehlers-Danlossyndrome(TypeVIII)

Early-onset periodontitis, systemic determinants unknown




3. Necrotizing ulcerative periodontitis

Systemic determinants unkown

RelatedtoHIV

Related to nutrition

4. Periodontal abscess




Indikasi penyakit periodontal ditentukan oleh tipe dan keparahan penyakit periodontal tersebut. Klasifikasi tipe dan keparahan penyakit periodontal oleh ADA adalah sebagai berikut:

Tipe I : Gingivitis dengan poket dangkal, tidak ada kehilangan tulang

Tipe II : Periodontitis ringan, poket sedang, kehilangan tulang sebagian, secara

topografi (radiografis) tulang terlihat normal.

Tipe III : Periodontitis sedang, poket sedang sampai dalam, kehilangan tulang

sedang sampai lanjut, secara topografi terlihat kerusakan/ kelainan

tulang.

Tipe IV : Periodontitis lanjut sampai diikuti dengan kehilangan gigi.







ETIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL

Inflamasi merupakan respons yang normal dari jaringan yang terkena luka / trauma dan merupakan respons yang utama dari jaringan periodontal yang terkena iritasi. Pada umumnya penyakit periodontal selalu di awali oleh suatu proses inflamasi. Proses inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap injuri atau luka. Pada penyakit periodontal yang disebabkan oleh invasi bakteri dan mikroorganisme, maka bagian yang terkena pertama kali adalah jaringan gingiva, kemudian tubuh mengadakan perlawanan dengan cara menetralisir atau merusak mikroorganisme tersebut, sehingga jaringan dapat diperbaiki (sembuh).

Mekanisme imunologi biasanya dihubungkan dengan adanya respons pertahanan tubuh terhadap invasi dari substansi asing seperti bakteri atau virus. Reaksi imun tersebut dapat juga berakibat terjadinya perusakan jaringan karena reaksi imun itu sendiri atau disebut juga reaksi hipersensitivitas. Perubahan imunopatologis atau rusaknya jaringan dapat terjadi pada penderita yang sensitif yang terekspos oleh substansi asing (sensitizing antigen).







HISTOPATOLOGI DAN PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL

Pada keadaan yang sehat, gingiva biasanya berwarna merah muda, tepinya setajam pisau serta berbentuk scallop; papilanya ramping sering mempunyai groove karena adanya sluice-way dan perlekatan gingivanya berstipling serta tidak berdarah pada saat penyondean. Daerah leher gingiva biasanya dangkal dan epitel jungtion melekat erat pada enamel. Sistem serabut gingiva tersusun secara teratur. Beberapa PMN terlihat pada epitelium jungtion ketika PMN ini berjalan melintas dari pembuluh darah gingiva menuju ke leher gingiva dan terus menuju ke rongga mulut. Pada jaringan ikat didekatnya dapat diisolasi sel-sel inflamasi, terutama limfosit dan kadang-kadang sel plasma serta makrofag. Gambaran ini mencerminkan keseimbangan yang stabil namun dinamis dari suatu jaringan yang sehat.

Secara Histopatologi terjadinya gingivitis sampai periodontitis sudah pernah dijabarkan oleh Page dan Schroeder (1976) dalam beberapa tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah.

Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap:

Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya diregio interdental yang terlindung mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan meneyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi.

Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, disebelah apikal dari epitelium jungtion. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit-terutama limfosit T-cairan jaringan dan protein serum. Disini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat dari cairan jaringan leher gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap penyakit ini.

Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflmasi, 75 % diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasa dan magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papila interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat penyondean.

Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlighat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.

Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.

Periodontitis:
Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium jungtion akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah, perlekatannya pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium jungtion akan terus berlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan Irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasam, limfosit dan magrofag. IgG merupakan imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula, daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerah inflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan. Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi molar, suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorbsi.

Kesimpulannya:

Perbedaan secara histologis yang paling penting antara gingivitis dan periodontitis adalah adanya resorbsi tulang alveolar, proliferasi epitel kearah apikal dan ulserasi junctional epithelium serta bertambahnya kehilangan perlekatan jaringan ikat. Pada fase akut kemungkinan adanya invasi bakteri kedalam jaringan yang menyebabkan terbentuknya abses. Pada periodontitis ringan kehilangan perlekatan sudah terjadi pada t sampai dengan sepertiga panjang akar. Untuk mengetahui lesi periodontitis secara klinis diperlukan pemeriksaan tingkat kehilangan perlekatan.




IMUNOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL

Antibodi merupakan suatu komponen yang penting pada reaksi imunologi. Selain itu antibodi merupakan protein serum yang diklasifikasikan sebagai imunoglobulin, imunoglobulin ini menghasilkan sel plasma berisi limfosit yang bertranformasi sebagai hasil dari perlawanan tubuh terhadap antigen.

Ada empat tipe reaksi hipersensitivitas yang penting pada penyakit periodontal,yaitu: reaksi anafilaktif, sitotoksis, kompleks imun dan reaksi hipersensitivitas yang lambat (delayed or cell-mediated hipersensivity reactions)

Tipe I : Anafilaktif, sebagai suatu reaksi antigen dengan antibodi pada sel mast. Hasil

reaksi tersebut melepaskan substansi dari sel mast yang mempunyai kemampuan

merusak jaringan periodontal.

Tipe II : Sitotoksik, termasuk reaksi antibodi dan antigen yang secara langsung berikatan

pada sel. Perusakan sel (cell lysis) dan peningkatan sintesis dari enzim lisosom

dengan suatu leukosit PMN merupakan dua contoh dari reaksi hipersensitivitas

ini. Enzim lisosom menyebabkan rusaknya jaringan.

Tipe III : Kompleks Imun, merupakan reaksi hipersensitivitas yang terjadi ketika level

tinggi dari antigen dan komplek antigen antibodi mengelilingi pembuluh darah

kecil, yang menyebabkan terjadinya isolasi pada daerah dari jaringan yang rusak.

Perubahan jaringan ini dapat menyebabkan inflamasi, perdararahan dan nekrosis

jaringan.

Tipe IV : delayed or cell-mediated hipersensitivity reactions, didasarkan pada interaksi dari

antigen dengan limfosit.Sensitivitas limfosit dengan antigen plak gigi dapat

menghasilkan suatu akumulasi kronis dari limfosit dan makrofag yang dikenal

sebagai lymphokines.
Lymphokines ini dapat berpengaruh pada aktivitas

makrofag, fibroblast dan osteoklas yang merupakan suatu patogenesis dari

penyakit periodontal.

.




GINGIVITIS

Gingivitis
merupakan penyakit keradangan gusi dikarenakan iritasi dari karang gigi, penyakit periodontal ini ringan, biasanya gigi bewarna merah dan mudah berdarah. Gejala yang timbul biasanya terjadi perdarahan saat sikat gigi, gusi mudah berdarah bila tersentuh sikat gigi, atau tusuk gigi bahkan dengan kumur-kumur air saja kadang berdarah, kadang menimbulkan bau mulut. Hal ini perlu diperhatikan, sehingga perlunya pemeliharaan gigi secara baik dan benar salah satunya yaitu dengan menggosok gigi sehari 3 kali, minimal 2 kali sehari, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Dianjurkan tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis/lengket. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.




Gambar 1: gingivitis

Bentuk anatomis gigi permukaannya tidak rata / berbonjol-bonjol, sehingga memudahkan berbagai jenis makanan menempel atau melekat erat pada permukaannya yang lambat laun akan menjadi plak yang lama kelamaan akan mengeras sehingga timbul pula yang dinamakan karang gigi. Plak ini akan mengiritasi gusi sehingga timbulah apa yang disebut gingivitis.

Gingivitas merupakan suatu kondisi inflamasi yang melibatkan gingiva. Adapun karateristik klinis dari gingivitis dapat dilihat dari :

Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai gingival cekat.
Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti kerah baju (lancip) menjadi membulat dan datar.
Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk).
Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak (odematus) menjadi fibrotik.
Ukuran
gingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf).
Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat proses inflamasi.
Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan.



Etiologi :

Penyebab lokal :
maloral hygiene / kesehatan mulut yang jelek (banyak calculus, gangren pulpa / radix, causa dentis)
kebiasaan makan sebelah, sebab adanya gigi yang caries sehingga gigi yang tidak untuk makan menjadi kotor
adanya caries yang besar dengan tepi yang tajam
calculus
adanya tambalan , jacket crown maupun prothesa yang kurang sempurna
tidur dengan mulut terbuka maupun bernafas dengan mulut
kebiasaan menusuk gigi
Penyebab umum:
gangguan kelenjar endokrin (waktu hamil, menopause)
avitaminosis vitamin C
defisiensi vitamin A, B, C
penyakit sifilis
rheumatik
nefritis
anemia
diabetes mellitus
alkoholisme
acut fever yang tinggi
obat-obatan yang mengandung Hg, J, Bi, dosis terlalu tinggi akan menyebabkan ekskresi dari darah
beladona dosis tinggi, saliva kurang, self cleaning tidak ada



Klasifikasi Gingivitis

Gingivitis berdasarkan waktu
gingivitis akut
gingivitis sub akut
gingivitis kronis
Gingivitis berdasarkan tipenya
gingivitis hipertrofikans
gingivitis nekrotikan (vincent's infection)
gingivitis karena gangguan diet
gingivitis indolent
gingivitis karena gangguan endokrin
gingivitis alergi obat-obatan
gingivitis penyakit darah



Gejala Klinik

Tepi gingiva merah lembek dan bengkak, peka terhadap palpasi atau rabaan, mudah berdarah
Gingiva terlepas dari attachment (pocket dalam)
Halitosis (bau mulut tak sedap)
Calculus (calculus serumal)
Kadang-kadang ada pus keluar dari tepi gingiva
Kelenjar submandibular membesar



Terapi

Menghilangkan semua penyebab (causatiknya)
Obat kumur : peroxyd 3 % (H2O2 3 %), Air garam hangat
Asiringentia (obat pengisut gingiva) : air daun sirih yang dimasak tertutup
Massage gingiva
Gingivectomi / gingivoplasti
Konsul ke internis



PERIODONTITIS

Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.

Merokok serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus meningkatkan keparahan penyakit periodontal. Menyikat gigi saja seringkali tidak cukup untuk membersihkan kumpulan plak yang terakumulasi di leher gigi dan di bawah gusi yang melekat pada leher gigi.

Gejala penyakit ini biasanya tidak dirasakan sampai penyakit sudah lanjut, gejala tersebut berupa bau mulut yang tidak hilang, gusi merah dan membengkak, gusi yang sakit dan berdarah, rasa sakit pada saat mengunyah, gigi goyang dan gigi sensitif. Bila kita tidak memperhatikan kebersihan atau kesehatan gigi dan mulut, keadaan-keadaan tidak bersahabat akan muncul kemudian, seperti :

(1) Dengan banyaknya karang gigi, napas menjadi tidak segar atau bau mulut atau halitosis. Gusi mudah berdarah dan tidak percaya diri.

(2) Bila karang gigi dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan jaringan pengikat gigi atau membran periodontal hancur sehingga gigi menjadi goyang kadang timbul suatu pembengkakan (periodontal abses) sampai terlepasnya gigi dari tempatnya (vulsi). Kondisi ini dapat diperparah penyakit lain seperti diabetes melitus.

(3) Muncul pula karies gigi atau lubang gigi. Sebesar apa pun lubang gigi harus segera ditambal. Jangan sekali-kali membiarkan lubang gigi terlalu lama karena sisa makanan akan menumpuk apalagi sampai berdenyut atau bengkak karena akan menyebabkan lamanya waktu kunjungan dan mahalnya biaya perawatan. Karena ketidaktahuan atau rasa takut sang pemilik gigi, lama-kelamaan mahkota gigi akan hancur dan tertinggallah sisa akar gigi yang harus dicabut pula.




Gambar 2: periodontitis




Definisi :

Periodontitis adalah penyakit atau peradangan pada periodontium (jaringan penyangga gigi / periodontal), merupakan keradangan berlanjut akibat gingivitis yang tidak dirawat.




Karekteristik klinis periodontitis

Gingiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari jaringan itu sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan. Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata membesar, junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal dari CEJ. Tendensi perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2mm, terjadi mobilitas gigi.




Tipe poket periodontal

Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi apikal dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang alveolar.

Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium junction dengan tulang alveolar.

Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronal dari puncak tulang alveolar.
Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal dari puncak tulang alveolar.



Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal

Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan meneral dan kemudian memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi pada peningkatan osteoklas

Produksi osteoklas- faktor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari plak gigi
Peningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.
Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodes melaninogeniccus.
Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang dapat merusak sel-sel tulang.




Etiologi Periodontitis Secara Umum

Terutama disebabkan oleh mikroorganisme dan produk-produknya yaitu: plak supra dan sub gingiva. Faktor predisposing atau faktor etiologi sekunder dari periodontitis dapat dihubungkan dengan adanya akumulasi, retensi dan maturasi dari plak, kalkulus yang terdapat pada gingiva tepi dan yang over kontur, impaksi makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket. Faktor sistemik juga dapat berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak didahului oleh proses imflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat memainkan peranan penting pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya kerusakan tulang (contohnya: pada pemakaian alat ortodonsi dengan tekanan yang berlebihan).




Perawatan Periodontitis

Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :

Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
Scaling dan root planing
Perawatan karies dan lesi endodontik
Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
Splinting temporer pada gigi yang goyah
Perawatan ortodontik
Analisis diet dan evaluasinya
Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas



Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:

Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
Penyesuaian oklusi
Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang



Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:

Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus
Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies



Terapi Periodontitis:

Pencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara :

Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride
Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di bawah gusi
Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif menghilangkan perdarahan gusi di bandingkan dental floss
Makanan bergizi yang seimbang
Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan cleaning



Histopatologi dan Patogenesis


Periodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses inflamasi, maka pada kebanyakan pasien tetapi tidak semua pasien inflamasi secara bertahap akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.




Pembentukan poket periodontal

Poket periodontal adalah sulkus gingiva yang mengalami pendalaman karena migrasi apikal junctional epithelium dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang alveolar. Pembesaran gingiva juga berperan dalam meningkatkan kedalaman poket .

Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket belum diketahui secara lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka, membuat klasifikasi tahap patogenesis sbb:

Permulaan terjadinya lesi :
Karekteristik dari permulaan lesi adalah vaskulitis pembuluh-pembuluh darah yang mengarah ke dalam junctional epithelium, meninkatnya aliran cairan gingiva, gerakan leukosit ke dalam junctional epithelium dan sulkus gingiva, protein serum ekstraseluler, perubahan aspek koronal dari junctional epithelium, dan hilangnya serabut-serabut kolagen disekitar pembuluh darah gingiva.

Lesi tingkat awal :
Lesi awal terlihat dimulai dengan karakteristik permulaan lesi dalam jumlah yang besar, munculnya sel-sel limfoit di bawah junctional epithelium dimana ada konsentrasi akut, perubahan fibroblas, serabut-serabut kolagen gingiva mengalami kerusakan yang lebih parah, dan proliferasi awal sel-sel basal pada junctional epithelium.

Lesi yang telah terbentuk
:
Dengan adanya lesi yang telah terbentuk manifestasi inflamasi akut akan bertahan;didominasi oleh sel-sel plasma; akumulasi immunoglobulin di bagian ekstravaskular;kerusakan serabut-serabut kolagen terus berlanjut; proliferasi, migrasi apikal dan terlihat perluasan junctional epithelium ke lateral; dan ada kemungkinan pembentukan poket periodontal awal, tetapi tidak terjadi kerusakan tulang yang cukup besar.

Lesi tingkat lanjut :
Lesi tingkat lanjut adalah tipikal dari periodontitis dan mempunyai karakteristik sebagai kelanjutan dari gambaran lesi yang telah terbentuk, penyebaran lesi ke dalam tulang alveolar dan ligamen periodontal yang mengakibatkan kerusakan tulang, hilangnya serabut-serabut kolagen yang berdekatan dengan poket epithelium, fibrosis pada daerah yang lebih periferal, adanya sel-sel plasma yang telah berubah, pembentukan poket periodontal, periode eksaserbasi dan periode aktifitas patologis yang sangat kecil, perubahan sumsum tulang menjadi jaringan fibrous, dan secara umum terlihat adanya reaksi jaringan inflamasi dan immunopatologis.




Rangkuman:

Gingivitis dimulai dengan infasi bakteri plak gigi dan produk-produknya melalui junctional dan sulcular epithelium.
Stagnasi vaskular, tertahanya cairan jaringan, dan pada akhirnya fibrosis gingiva yang akan menyebabkan peningkatan kedalaman poket dari pembesaran gingiva. Bila hal ini terjadi pada keadaan tidak ada migrasi apikal junctional epithelium, keadaan ini disebut poket gingiva, tetapi bisa juga ikut menyebabkan kedalaman poket periodontal.
Proses inflamasi pada gingiva juga menstimulasi proliferasi apikal sel-sel epitelial yang menyebabkan junctional epithelium dan sulcular epithelium.
Selain itu proses inflamasi menyebabkan degenerasi serabut-serabut gingiva, sehingga memudahkan proliferasi epitelium untuk bergerak ke apikal sepanjang permukaan akar. Ketika epitelium migrasi ke apikal, bagian dari junctional epithelium yang posisinya lebih koronal terpisah dengan permukaan gigi, sehingga menciptakan sulkus gingiva yang dalam.
Proses inflamasi juga menstimulasi resorpsi tulang alveolar dan serabut-serabut ligamen periodontal tepat di apikal serabut gingiva dan menghilangkan barrier lainya menghalangi migrasi apikal junctional epithelium dan pembentukan poket.
Dengan terbentuknya poket, penyakit inflamasi periodontal menjadi dengan sendirinya mengekalkan faktor etiologi prinsipal, yaitu plak, yang pada saat ini terbentuk di dalam lingkungan poket yang lehih anaerob, yang mendorong pertumbuhan organisme patologis periodontal dan lebih sulit diakses untuk dibuang sendiri oleh pasien. Bila urutan kejadian ini bertahan dalam waktu yang lama, infeksi kronis bisa menyebabkan kerusakan periodontium yang parah dan hilangnya gigi-gigi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa kemungkinan ada periode aktif resorpsi tulang dikuti dengan waktu tidak aktif dimana ada poket periodontal tetapi tidak menyebabkan attachment loss lebih lanjut. Jadi periodontitis saat ini dianggap sebagai penyakit yang mempunyai periode eksaserbasi (hilangnya attchment berlanjut) dan remisi (hilangnya attachment minimal atau tidak terjadi kehilangan attchment sama sekali) daripada berlangsung secara linear seperti yang diduga sebelumnya. Dasar pemikiran reduksi poket sebagai bagian terapi periodontal adalah untuk menciptakan lingkungan dentogingival yang kecil kemungkinanya untuk akumulasi plak subgingiva dan lebih konduktif untuk pembuangan plak efektif oleh pasien sendiri.






DAFTAR PUSTAKA




Anonim, 2007. Bilateral submandibular gland infection presenting as Ludwig's angina: First report of a case. The Free Library. http://www.aafg.org/afp/990700ap/109.html

Anonim, 2007. Ludwig's Angina. Wikipedia, The Free Encyclopedia. http://www.en.wikipedia.org/wiki/ludwigangina

Anonim. 2007. Periodontik. http://www.dw8dentalcare.com/layanan/periodontik
Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh M, Kurita K, Natsume N, Ariji E. 2002. Odontogenic Infection Pathway to The Submandibular Space: Imaging Assessment.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi

A. W. Green, E. A. Flower dan N. E. New.. 2001.
Mortality Associated with Odontogenic Infection!. British Dental Journal. http://www.nature.com/bdj/journal/vigo/n10/full/48010244.html

Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Mengenal Tanda-tanda Sepsis Akibat Infeksi Odontogenik. Bedah Mulut dan Maxillofacial (Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan Rahang, perawatan serta rekonstruksinya)

Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan Maxillofacial
(Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan Rahang, perawatan serta rekonstruksinya)

George K. B. Sandor, MD. 2006. Unilateral Facial Swelling caused by Ramsay Hunt Syndrome Resembles Odontogenic Infection. Clinical Practice. http://www.cda-adc.com/jcda

Haruo Sakamoto, Hiroyuki Naito, Takayuki Aoki, Kazunari Karakida and Kazuo Shiiki. 1996. Necrotizing fasciitis of the neck due to an odontogenic infection: A case report
http://www.springerlink.com/content/6772n7=22kul8u17/

KC Toran, Nath S, Shrestha S, Rana BBS JB. 2004. Odontogenic Origin of Necrotizing Fasciitis of Head and Neck- a case report. Kathmandu University Medical Journal. http://www.kumj.com.np/past/vol.2/isske4/361-363.pdf

Lynnus Peng, MD. 2006. Excerpt from Dental, Infections. E Medicine Word Medical Library.

http://www.emedicine.com/emerg/byname/dentalinfections.htm

Maestre-Vera JR. 2004. Treatment options in odontogenic infection. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.

http://www.siumed.edu/surgery/otol/ppts/odontogenicinfections.ppt

Marvin Goldfogel, DDS. 2006. Gingivitis and Periodontits. Healthopedia. http://www.healthopedia.com/gingivitis&periodontitis

Michael T. Brennan, DDS, MHS, Michael S. Runyon, MD, Jayne J. Batts, MD, Philip C. Fox, DDS, M. Louise Kent, RN, Timothy L. Cox, DDS, H. James Norton, PhD and Peter B. Lockhart, DDS. 2006. JADA Continuing Education : Odontogenic Signs and Symptoms as Predictors of Odontogenic Infection. A clinical trial.
American Dental Association.
http://www.jada.ada.org/cgi/content/fulltext/137/1/62

Nino Zaya, MD. 2006. Diagnosis and Management of Odontogenic Infections.

Peter J. Aquilina, Anthony Lynham. 2003. Serious Sequele of Maxillofacial Infections. Royal Brisbane Hospital, Spring Hill. http://www.mja.com.au/public/issues/179-10-171103/aqu10203.fm.pdf